SUMENEP, Garuda Jatim – Malam penutupan Madura Night Vaganza 2025 di Lapangan GOR A. Yani, menjadi panggung pembuktian bahwa birokrasi Sumenep, Jawa Timur, tidak hanya berbicara di ruang rapat, melainkan juga mampu hadir dengan kreativitas yang berakar pada budaya lokal.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Badan Kepegawaian serta Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) berhasil menyabet penghargaan Best Booth.
Kemenangan ini bukan sekadar soal estetika, melainkan refleksi bagaimana wajah pemerintahan bisa tampil humanis, komunikatif, sekaligus sarat filosofi.
Labeng Mesem: Dari Simbol Keraton ke Filosofi Kepemimpinan
Mengusung tema “Labeng Mesem” atau Pintu Senyum, booth Bappeda-BKPSDM menyulap ruang pameran menjadi miniatur narasi sejarah Keraton Sumenep. Bukan sekadar replika, tetapi tafsir simbolis tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya hadir.
“Labeng Mesem itu lambang kehangatan dan kebijaksanaan. Filosofinya jelas yaitu tentang pemimpin bukan sekadar berkuasa, tetapi menyambut rakyat dengan senyum dan keterbukaan,” papar Kepala Bappeda Sumenep, Arif Firmanto. Kamis (4/25)
Arif mengatakan, dominasi warna merah dan hijau bukan tanpa alasan, merah dipilih sebagai representasi keberanian dan tanggung jawab birokrasi, sedangkan hijau melambangkan keseimbangan dan harapan pembangunan yang terus tumbuh.
Dari Dekorasi ke Ruang Interaksi
Tidak berhenti pada dekorasi, booth tersebut dirancang sebagai ruang dialog publik. Pengunjung diajak berdiskusi, berbagi gagasan, bahkan menyampaikan kritik.
“Ini bukan booth untuk dipandang, melainkan untuk dirasakan. Kami ingin publik tahu, pembangunan tidak boleh berjalan sendiri, harus melibatkan masyarakat,” tegasnya.
Konsep itu, lanjut pria tampan itu, seolah menggeser paradigma, pameran bukan lagi ajang adu estetika, melainkan laboratorium ide di mana warga dan birokrat berdiri sejajar.
Sinergi yang Bicara Lebih Jauh dari Kompetisi
Kolaborasi Bappeda dan BKPSDM juga menjadi simbol penting. Jika Bappeda menyiapkan arah pembangunan, maka BKPSDM memastikan kualitas aparatur sebagai motor penggeraknya.
“Sinergi ini memberi pesan jelas, keberhasilan daerah hanya mungkin jika perencanaan dan sumber daya manusianya sama-sama kuat,” ucapnya.
“Seperti raja-raja Sumenep yang visioner dalam menata pemerintahan, kami pun berkomitmen menghadirkan tata kelola yang unggul, berkelanjutan, dan berbasis kearifan lokal,” imbuhnya.
Lebih dari Sekadar Penghargaan
Kemenangan ini memang menambah daftar prestasi, karena Bappeda tahun lalu juga menyabet kategori serupa. Namun, lebih dari sekadar trofi, capaian ini membongkar wajah baru birokrasi: kreatif, terbuka, dan mau mendengarkan.
Madura Night Vaganza 2025 pun tak lagi sekadar festival, melainkan ruang di mana Sumenep menegaskan identitasnya. Bahwa pembangunan tidak boleh tercerabut dari akar budaya, dan pemerintahan yang modern justru lahir dari tradisi yang bijak.(Za/Di)
Penulis : Za
Editor : Redaksi