SUMENEP, Garuda Jatim – Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Jawa Timur, memastikan 48 pasang sapi terbaik siap diturunkan dalam ajang karapan sapi bergengsi memperebutkan Piala Bupati di lapangan giling.
Bukan sekadar lomba, karapan kali ini diproyeksikan sebagai simbol eksistensi budaya sekaligus magnet wisata.
Kepala Disbudporapar Sumenep, Mohammad Iksan mengatakan, karapan sapi bukan hanya tontonan rakyat. Ia adalah warisan yang menjadi identitas Madura, dan saat ini dihidupkan kembali dengan kemasan profesional.
“Karapan sapi adalah kebanggaan. Melalui event ini, kami ingin menunjukkan bahwa budaya bisa bersanding dengan pariwisata dan ekonomi kreatif. Semua elemen kita satukan,” ujarnya. Selasa(9/25)
Panitia menyiapkan lintasan dengan standar baru yang lebih aman, lanjut dia, babak dimulai dari penyisihan hingga final. Setiap pasangan sapi akan diuji kecepatan, ketepatan start, serta sportivitas joki.
Ia menegaskan, untuk mengantisipasi perdebatan, teknologi foto-finish dan dokumentasi video disiapkan di tiap heat. Transparansi ini diharapkan mengurangi potensi konflik antarpemilik sapi yang selama ini kerap mewarnai arena.
“Di balik derap kaki sapi, perputaran ekonomi juga dikejar. Ajang ini dipastikan menghidupkan puluhan pedagang kecil, UMKM kuliner, hingga penyedia jasa transportasi hewan,” tegasnya.
“Kami ingin bukan hanya pemilik sapi yang mendapat manfaat, tapi juga masyarakat luas. Ekonomi rakyat harus ikut bergerak,” tambahnya.
Isu kesejahteraan hewan dan keselamatan joki juga tidak dikesampingkan. Panitia melibatkan tim medis hewan yang akan memeriksa sapi sebelum dan sesudah lomba, serta menegaskan larangan penggunaan alat pemicu yang membahayakan.
Di sisi lain, tim kesehatan manusia, ambulans, serta jalur evakuasi disiapkan demi kenyamanan penonton.
Dengan penataan modern, acara ini ditargetkan tidak sekadar jadi ajang balapan tradisional, tetapi festival budaya utuh. Mulai iring-iringan saronen, parade kostum joki, hingga sajian kuliner khas Madura akan mengiringi perhelatan.
“Karapan sapi bukan milik Madura saja, melainkan milik Indonesia. Piala Bupati ini simbol penghargaan, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menjaga marwah tradisi agar tetap hidup di tengah modernitas,” tandasnya.(Za/Di)
Penulis : Za
Editor : Redaksi