SUMENEP, Garuda Jatim — Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mencatat kemajuan signifikan dalam upaya mengendalikan penyakit kusta.
Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB), jumlah penderita kusta yang semula 246 orang pada 2024, kini turun menjadi 150 orang per September 2025.
Penurunan ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri sejak dini serta disiplin menjalani pengobatan.
“Kalau tahun lalu masih di angka 200 lebih, sekarang sudah menurun menjadi 150 orang. Data ini kami catat sampai September 2025,” ungkap Herman Pratikno, Penanggung Jawab Program Kusta dan Tuberkulosis Dinkes P2KB Sumenep. Sabtu (4/25)
Menurut Herman, 70 persen kasus kusta di Sumenep masih ditemukan di wilayah daratan, sementara sebagian kecil berada di kepulauan. Meski begitu, tren penurunan menunjukkan hasil nyata dari kerja keras petugas kesehatan di lapangan.
“Kusta bukan penyakit kutukan, dan bisa sembuh total asalkan pasien mau rutin minum obat dan kontrol sesuai jadwal,” tegasnya.
Dijelaskannya, hambatan terbesar selama ini bukan pada akses layanan atau ketersediaan obat, melainkan ketidakdisiplinan pasien. Sebagian penderita berhenti berobat di tengah jalan karena merasa sudah sembuh, padahal bakteri penyebab kusta belum sepenuhnya mati.
“Kalau pengobatan dihentikan sebelum waktunya, bisa kambuh dan menular lagi. Karena itu, disiplin adalah kunci,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinkes P2KB juga gencar melakukan kampanye anti-stigma agar masyarakat tidak lagi mengucilkan penyintas kusta. Sosialisasi dilakukan hingga ke tingkat desa, sekolah, dan pesantren, dengan melibatkan tokoh agama dan kader kesehatan.
Herman menyatakan, penanganan kusta membutuhkan pendekatan yang tidak hanya medis, tetapi juga sosial dan edukatif. “Begitu ada gejala bercak putih atau mati rasa di kulit, segera periksa ke puskesmas. Jangan menunggu parah,” imbaunya.
Dinkes berkomitmen untuk terus memperluas deteksi dini, menyediakan obat gratis, serta memperkuat sistem pelaporan berbasis desa agar kasus baru bisa ditemukan lebih cepat.
Dengan capaian penurunan hampir 40 persen dalam satu tahun, Sumenep kini masuk dalam jalur positif menuju target eliminasi kusta pada 2030 sebagaimana program nasional Kementerian Kesehatan.
“Ini bukti nyata bahwa masyarakat Sumenep semakin sadar dan tidak takut lagi menghadapi kusta,” imbuhnya.
Sementara itu, kepala Dinkes Sumenep, drg. Ellya Fardasah, menyampaikan bahwa Ini capaian yang sangat baik. Pihaknya melihat kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri dan mengikuti pengobatan semakin meningkat.
“Dulu banyak warga yang takut berobat karena malu atau khawatir dijauhi. Sekarang mereka mulai terbuka dan memahami bahwa kusta bisa sembuh total jika ditangani dengan benar,” paparnya.
“Kami tidak ingin ada lagi warga yang menderita karena terlambat terdeteksi. Dengan kerja sama semua pihak, target bebas kusta bukan hal mustahil,” tukasnya.(Za/Di)
Penulis : Za
Editor : Redaksi











