SUMENEP, Garuda Jatim – Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, melaksanakan pelatihan untuk mencetak kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran sejati di era digital.
Pelatih yang mengusung tema ‘Pembelajaran Mendalam’ ini Berlangsung di SMP Negeri 3 Sumenep. Pelatihan ini tak hanya menjadi agenda tahunan, tapi bagian dari gerakan transformatif jangka panjang untuk memperkuat kepemimpinan instruksional di tingkat satuan pendidikan.
Dengan menggunakan pendekatan blended learning dengan pola IN-ON-IN selama 205 jam pelajaran, pelatihan ini menjadi langkah nyata menuju perubahan struktural dalam manajemen pendidikan di daerah.
“Kepala sekolah hari ini tak cukup jadi manajer, apalagi hanya ‘penjaga kantor’. Ia harus jadi motor penggerak pembelajaran, punya visi, keberanian, dan kapasitas untuk memimpin perubahan,” ujar Kepala Bidang GTK, saat membuka kegiatan, Akhmad Fairuzi. Senin (28/25)
Ia menekankan, paradigma lama bahwa kepala sekolah hanya mengurusi laporan BOS, kehadiran guru, dan urusan fisik sekolah harus diubah. Kepala sekolah harus menjadi chief learning officer, pemimpin perubahan budaya belajar di sekolahnya.
Pelatihan ini, sambung dia, menargetkan seluruh kepala sekolah yang terdaftar dalam Dapodik, mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SLB, hingga Pendidikan Non Formal (PNF).
“119 kepala SD dari total 262 kepala sekolah se-Kabupaten Sumenep yang ikut serta, serta 187 guru dilatih secara paralel untuk memperkuat ekosistem inovasi belajar,” tuturnya.
Pihaknya mengatakan, program ini dirancang bukan untuk menambah sertifikat, tapi untuk mendorong perubahan perilaku dan sistem di sekolah.
Uniknya, pelatihan ini mensyaratkan kepala sekolah menyusun dan melaksanakan program inkuiri kolaboratif, bukan sekadar rencana kerja administratif.
“Kepala sekolah harus turun langsung merancang pembelajaran bermakna, menciptakan budaya reflektif di lingkungan guru, dan menghasilkan dampak langsung pada siswa,” jelasnya.
“Kami ingin mereka kembali ke sekolah bukan hanya dengan pemahaman, tapi dengan program perubahan konkret. Ini bukan proyek pelatihan biasa. Ini revolusi pembelajaran,” katanya.
Program ini dilandasi kuat oleh regulasi, mulai dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah, hingga Perdirjen GTK Tahun 2025.
Seluruh pendanaan kegiatan berasal dari Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) yang dikelola secara transparan, akuntabel, dan sesuai standar nasional.
Sementara itu, pelatihan guru pendukung berlangsung paralel di SMPN 2, SMPN 5, dan SMAN 2 Sumenep, menjangkau spektrum transformasi dari kepala sekolah hingga ruang kelas.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, ini mencerminkan keberanian daerah mengambil inisiatif, tanpa menunggu program pusat. Di saat banyak daerah masih mengandalkan instruksi vertikal, Sumenep memilih bergerak lebih dahulu, dari bawah dari kepala sekolah, dari sekolah, dari ruang kelas.
“Ini bukan akhir. Ini permulaan. Kami sedang membangun fondasi perubahan. Karena pendidikan tak bisa menunggu. Kepala sekolah harus jadi titik tolak,” pungkas Fairuzi.
Untuk diketahui, pelatihan ini dibagi menjadi tiga tahap:
IN-1 (28 Juli–1 Agustus 2025): Penyamaan persepsi dan penguatan kerangka berpikir transformatif.
ON (Agustus–Oktober 2025): Implementasi nyata di sekolah, pendampingan intensif oleh fasilitator terlatih.
IN-2 (9–12 Oktober 2025): Forum refleksi, evaluasi dampak, dan presentasi inovasi kepala sekolah.(Za-Di)
Penulis : Za
Editor : Redaksi