SUMENEP, Garuda Jatim – Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, kembali menghidupkan denyut tradisi melalui Festival Tan Pangantanan 2025 yang akan digelar pada 21 September mendatang di Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget.
Dengan mengusung tema “Dhe’ Nondhe’ Ni’ Nang”, acara ini bukan sekadar parade kostum pengantin adat, melainkan wadah untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya sejak usia dini.
Ketua Panitia, Herly Wahyudi, mengatakan, bahwa festival ini melibatkan peserta dari TK dan PAUD di seluruh kecamatan Sumenep, dengan jumlah minimal 12 orang dan maksimal 24 orang untuk setiap kelompok.
“Anak-anak akan tampil di panggung dengan balutan busana pengantin khas Madura yang kaya simbol dan filosofi,” ujarnya. Selasa (9/25)
“Kami ingin anak-anak tidak hanya mengenakan busana, tapi juga belajar bahwa setiap detail tradisi punya makna. Dengan cara ini, mereka bisa tumbuh dengan rasa bangga terhadap jati diri budayanya,” jelasnya.
Ia menegaskan, Festival yang dijadwalkan berlangsung pukul 15.00–17.00 WIB ini diproyeksikan menjadi tontonan sekaligus tuntunan.
Masyarakat akan disuguhi penampilan anak-anak yang penuh keceriaan, lanjut dia, sementara nilai edukasi terselip melalui pengenalan simbol-simbol adat pengantin Sumenep.
Tak hanya itu, pihaknya menyatakan, acara ini juga diharapkan mampu menciptakan interaksi sosial yang hangat, memperkuat rasa kebersamaan, dan menghadirkan kebanggaan kolektif terhadap warisan leluhur.
Sebagai bentuk penghargaan, pemenang akan mendapatkan trophy, piagam, serta uang pembinaan dari Bupati Sumenep untuk juara 1, 2, dan 3.
Sementara juara 4 hingga 6 tetap membawa pulang trophy dan piagam. Hadiah ini menjadi simbol apresiasi pemerintah terhadap dedikasi peserta sekaligus motivasi untuk terus mencintai budaya lokal.
“Festival Tan Pangantanan 2025 dapat disaksikan masyarakat luas secara gratis. Pemerintah mengajak warga untuk hadir, tidak hanya sebagai penonton, tetapi juga sebagai bagian dari upaya menjaga keberlanjutan tradisi,” Imbuhnya.
Lebih dari sekadar festival, acara ini adalah pesan kultural, bahwa akar budaya tidak boleh terputus, dan generasi muda harus tumbuh dengan kesadaran akan identitasnya.(Za/Di)
Penulis : Za
Editor : Redaksi