SUMENEP, Garuda Jatim – Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus menggenjot program Outbreak Response Immunization (ORI) Campak Rubela (MR) melalui 26 puskesmas.
Hingga hari ke-10 pelaksanaan, cakupan imunisasi baru mencapai 44.944 anak atau 60,8 persen dari total 73.969 sasaran.
Kepala Dinkes P2KB Sumenep, drg. Ellya Fardasah, menyampaikan bahwa capaian vaksinasi belum merata di semua kelompok usia.
“Dari 3.404 bayi sasaran usia 9–12 bulan, baru 1.638 anak (48,1 persen) yang divaksin. Pada kelompok usia 12–47 bulan, capaian mencapai 14.578 anak (46,5 persen) dari 31.237 sasaran,” jelasnya. Minggu (7/25)
“Cakupan relatif lebih tinggi untuk anak usia sekolah. Dari 26.308 sasaran usia 4–6 tahun, sebanyak 19.019 anak (72,3 persen) sudah diimunisasi. Sedangkan kelompok usia 7 tahun mencatat capaian 75 persen atau 9.769 anak dari 13.020 sasaran,” tegasnya.
Data lapangan menunjukkan adanya kesenjangan signifikan antar wilayah, lanjut dia, Puskesmas Giligenting menjadi yang paling progresif dengan cakupan 87,6 persen (1.371 dari 1.565 sasaran).
Pihaknya menyatakan, sementara Puskesmas Dungkek menjadi yang terendah dengan capaian hanya 24,4 persen (576 dari 2.362 sasaran).
“Kami mengapresiasi kerja keras Puskesmas Giligenting. Namun capaian Dungkek menjadi alarm penting, karena rendahnya partisipasi bisa membuka ruang penyebaran penyakit lebih luas,” ucapnya.
Untuk mengatasi ketimpangan, Dinkes P2KB menyiapkan sejumlah strategi:
1. Menjamin distribusi vaksin dan logistik kesehatan agar tidak ada puskesmas yang kekurangan stok.
2. Memperkuat koordinasi lintas sektor, terutama dengan camat dan kepala desa, untuk memperluas jangkauan sosialisasi.
3. Edukasi masyarakat berbasis tokoh lokal, dengan menggandeng kiai, guru, dan tokoh masyarakat agar pesan kesehatan lebih diterima.
4. Penataan fasilitas kesehatan, termasuk ruang isolasi bagi pasien campak.
5. Survei epidemiologi berkelanjutan guna memastikan data akurat untuk langkah pencegahan selanjutnya.
Meski vaksin tersedia, Ellya menilai tantangan terbesar bukan hanya teknis, melainkan kesadaran masyarakat. Masih ada orang tua yang menunda atau menolak imunisasi karena faktor kepercayaan, informasi keliru, maupun jarak akses pelayanan kesehatan.
“Kami mengimbau masyarakat agar tidak panik, tapi tetap waspada. Bila ada gejala campak, segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat. Ingat, kesadaran dan kepatuhan terhadap imunisasi adalah kunci untuk menghentikan rantai penularan,” imbuhnya.
Dengan cakupan baru 60,8 persen, target perlindungan komunitas (herd immunity) yang idealnya di atas 95 persen masih jauh dari harapan.
“Artinya, dalam dua pekan ke depan, upaya jemput bola, kolaborasi lintas sektor, dan dukungan masyarakat akan sangat menentukan keberhasilan Sumenep melawan ancaman campak rubela,” tukasnya.(Za/Di)
Penulis : Za
Editor : Redaksi